My favourite outdoor place (1); Danau Tanralili, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan.
“Danau Tanralili merupakan sebuah
kawasan wisata alam yg terletak di desa Manimbahoi Kab. Gowa, tepatnya di kaki
gunung Bawakaraeng. Danau yang terletak di ketinggian 1454 mdpl ini populer di
kalangan pecinta alam karena pemandangannya yg sangat indah. Biasanya kawasan
ini ramai di kunjungi ketika weekend. Bagi kalian yg baru ingin mencoba mendaki
gunung, Danau Tanralili bisa jadi pilihan tempat "latihan" karena
jalurnya yg cukup bersahabat.”
Itu adalah paragraf pembuka sebuah
postingan 3 tahun yang lalu. Sudah lama sekali ya, hehe. Bahkan sejak postingan
dahulu kala itu pun saya sudah mengunjungi Danau Tanralili beberapa kali. Kali
ini saya ingin bercerita lebih banyak. Hitungan 3 tahun bukan waktu yang
singkat, ternyata saya sudah cukup lama pula tidak bercerita kisah ngebolangku
disini. Semoga cerita ini juga sama memberi manfaatnya bagi teman-teman yang
ingin berkunjung ke danau tanralili, menikmati keindahan alamnya tanpa merusak
apa yang telah ada. Sejak postingan 3 tahun yang lalu, kadang ada teman yang
bercerita ketika mencari info tentang tanralili mereka menemukan postingan dari
blog ini dan alhamdulillah cukup membantu. Jadi bagi siapa saja yang membaca
ini dan sedang mencari info mengenai Danau Tanralili, harap dibaca sampai
selesai dan juga postingan saya yang satu ini http://dyngdonk.blogspot.com/2016/11/mountain-trip-camping-di-danau-tanralili.html
Saya ingin bercerita lebih banyak
karena lokasi ini akhirnya menjadi lokasi favoritku jika sedang jenuh di kota
dan ingin sejenak melipir ke gunung. Bukan puncak gunung yang tinggi atau
lokasi gunung yang butuh nyaris setengah hari untuk dicapai, Danau Tanralili
menawarkan segala kemudahan dan ketenangannya bagi jiwa-jiwa seperti jiwaku
yang mengharapkan lokasi yang tenang dan tidak terlalu jauh. Bahkan jika ada
teman yang meminta diajak mendaki, saya akan menawarkan Danau Tanralili dipilihan
pertama.
Mengapa Danau Tanralili?
Baiklah, saya akan bercerita
alasan mengapa danau ini jadi pilihan favorit (ku) untuk ke gunung. Pertama
tentu saja karena saya sudah terlalu sering ke sana, sejak 2013 diajak camping
ke danau tanralili hingga saat ini barangkali sudah ada belasan kali saya
bolak-balik. Terlalu sering bolak-balik hingga bisa hafal jalur yang akan
dilalui dengan segala kondisi cuaca dan waktu. Kedua karena menurutku lokasi
ini sangat “ramah” bagi orang baru, tidak ada alasan “saya baru pertama kali
mendaki gunung” karena jalur tanralili termasuk aman dan mudah untuk pemula.
Ketiga karena lokasinya mudah dijangkau dari Makassar, cuma butuh dua setengah
jam untuk tiba di desa terakhir dan dua setengah jam berikutnya untuk tiba di
lokasi camping. Keempat karena pemandangan yang ditawarkan sepanjang jalur dan
dilokasi camping bisa bikin segar, jalur pendakian yang terbuka bisa bikin kita
“lega” karena jalur terlihat jelas didepan mata, mau jalan diwaktu terang atau
jalan diwaktu gelap sama-sama punya pemandangan yang indah. Kelima karena
disana air segar tersedia dimana-mana, tidak ada yang akan dehidrasi atau
kekurangan air jika berkunjung ke Tanralili, cukup bawa tumbler dan sepanjang
jalan tersedia air segar yang bisa langsung diminum. Yap, gimana? Alasan-alasanku
cukup menggoda?
Lalu, jika ingin kesana harus
persiapkan apa saja?
Nah bagi yang sudah biasa
mendaki, sudah pasti tahu perlengkapan macam apa yang harus dipersiapkan.
Perlengkapan tim seperti tenda, flysheet, tali/webbing, p3k, kompor lapangan,
nesting, trashbag serta makanan pokok, wajib disiapkan bersama. Juga persiapkan
perlengkapan pribadi seperti sleeping bag, matras, pakaian ganti, jaket,
cemilan, obat2an pribadi, sepatu gunung, tas carrier, alat makan, tumbler, kaos
kaki, jas hujan, dan lain-lain. Perlengkapan pribadi wajib dibungkus plastik sebelum
dimasukkan ke dalam tas untuk mencegah basah jika hujan di tengah jalan. Tidak
harus membeli yang baru jika cuma ingin merasakan satu kali gimana rasanya
mendaki, sekarang sudah banyak tempat sewa alat outdoor yang bisa memenuhi
perlengkapan-perlengkapan yang kamu butuhkan. Jika perlengkapan sudah ready,
maka siap untuk berangkat!
Gimana cara untuk kesana?
Jika kamu dari Makassar, kamu
bisa menuju desa terakhir menggunakan motor atau mobil pribadi. Jika ini
pertama kali kamu ingin kesana dan tanpa ada yang tahu arah, berangkatlah
diwaktu terang supaya mudah melihat petunjuk jalan. Dari Makassar kamu cukup
berkendara mengikuti jalan poros menuju kota Malino hingga beton petunjuk
kilometer berwarna kuning (disebelah kanan jalan) menunjukkan malino sisa 9 km,
maka kamu akan menemukan petunjuk untuk belok kanan jika ingin menuju danau
Tanralili. Jadi, untuk menuju danau tanralili tidak harus sampai malino dulu
ya, kita harus berbelok kanan di kilometer 9 sebelum kota malino. Begitu sudah
berbelok kanan dan jalanan mulai menurun hingga melewati jembatan besar, maka kamu
masih harus berkendara sejauh kurang lebih 20 km lagi untuk mencapai desa
terakhir, desa Manimbahoi atau biasa juga disebut Lengkese. Sepanjang jalan menuju
desa terakhir kamu akan menemukan beberapa percabangan jalan, yang perlu kamu
perhatikan adalah papan petunjuk disetiap percabangan jalan tersebut akan ada
petunjuk jalan mana yang menuju danau tanralili, jika menemukan percabangan tanpa
petunjuk dan kalian bingung, jangan ragu untuk bertanya ke warga sekitar. Ketika
sudah melalui beberapa percabangan jalan (yang kebanyakan belok kiri) dan kamu
sudah memasuki desa dengan banyak persawahan, berarti sudah semakin dekat. Jika
jalan beraspal sudah habis dan mentok, lalu belok kanan dan memasuki jalanan
beton menanjak, lurus saja mengikuti jalur dan hingga kamu menemukan rumah
warga dengan tulisan “parkir” di kiri kanan, berarti kamu sudah sampai.
Langsung cari pos registrasi dan parkir kendaraanmu di salah satu rumah warga.
Kamu bisa beristirahat sejenak di rumah warga, warga di Lengkese sangat ramah
terhadap pendatang karena mereka sudah terbiasa, untuk biaya parkir kamu cukup
menyumbangkan 10 ribu rupiah per kendaraan kepada pemilik rumah. Biaya
registrasi 5 ribu rupiah per orang dan kamu harus mengisi buku registrasi
disana demi kepentingan data serta informasi jikalau ada hal yang tidak
diinginkan terjadi selama berada di kawasan danau tanralili.
Registrasi sudah? Nah sekarang
siap untuk berjalan menuju lokasi camping. Oh iya, pastikan perlengkapan kamu
lengkap ya. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah segala sampah
yang kamu hasilkan selama camping wajib kamu bawa kembali ke pos registrasi, di
sebelah pos regis ada bak sampah yang khusus disediakan untuk menampung
sampah-sampah yang dibawa kembali oleh para pendaki dari danau tanralili.
Biasanya penjaga pos regis juga akan memastikan kamu tidak membawa hammock
karena memang tidak boleh memasang hammock di area danau tanralili, kasihan
pohon-pohon disana masih kecil-kecil untuk dijadikan penopang hammock. Selain
larangan membawa hammock, juga ada larangan berenang (disana pernah ada
kejadian orang tenggelam) dan larangan berbuat mesum (ya iyalah ini sudah
pasti) yang datangnya berpasangan cowok-cewek pasti akan diinterogasi dulu
sebelum diijinkan jalan.
Berjalan mulai dari gerbang pos
registrasi, di 10 menit pertama jalur masih wajar dan menyenangkan sampai
menemukan pos istirahat dan setelah itu tanjakan yang sebenarnya dimulai. Butuh
kurang lebih 30 menit untuk melalui tanjakan ini lalu jalur akan kembali
menurun dan selanjutnya mulai datar lagi. Jadi kondisi jalur menuju danau
tanralili ini naik turun melalui pinggiran beberapa gunung, kita akan menemukan
jalur menanjak lalu menurun lalu menanjak lagi. Cukup adil menurutku karena
kesulitan pergi dan pulangnya seimbang. Jalur pendakian pun sangat mudah dikenali,
karena tanralili sering dilalui oleh langkah manusia maka yang perlu kamu
perhatikan jalur mana yang paling terlihat jejak langkahnya. Setengah
perjalanan dimulai ketika jalur mulai menanjak lagi dan melalui dua sungai berukuran
sedang. Selanjutnya jalur yang paling bisa ditandai adalah tanjakan berupa batu
besar yang dipinggirnya terdapat pagar besi, setelah melalui jalur ini maka
kurang dari setengah jam lagi kamu akan tiba di lokasi camping dan jalur sudah
tidak terlalu menanjak. Jika melalui jalur ini diwaktu terang, maka kamu akan
menikmati pemandangan pegunungan yang tersaji disepanjang jalur. Kamu akan
melihat sungai besar disebelah kiri bekas jalur longsoran gunung Bawakaraeng
hingga kini, bahkan di jalur menuju danau tanralili kamu juga akan melalui
beberapa bekas longsoran berupa
batu-batu besar. Begitu tiba di danau tanralili, silahkan segera mencari lokasi
untuk mendirikan tenda. Lokasi camping tersedia di sepanjang area pinggir
danau, di samping sungai, dan di atas bukit.
Cerita mengenai jalur sudah,
saatnya menikmati suasana area danau tanralili. Di atas bukit terdapat pos dari
papan kayu, pos ini merupakan pos penghijauan kawasan danau tanralili. Jika memperhatikan
sepanjang jalur ada banyak sekali pohon-pohon muda yang dipagari karena baru
ditanam, demi keberlangsungan kawasan ini dan juga demi mencegah longsor terus
terjadi tentu saja. Juga terdapat bangunan toilet sederhana yang terbuat dari
seng, supaya kamu gak pup sembarangan hehe. Lalu spot untuk foto-foto saya rasa
diseluruh area danau ini bisa dijadikan tempat untuk foto dan selfie, apalagi
sambil ala-ala memakai ransel.
Suasana paling menyenangkan
adalah ketika area danau sepi dan hanya ada beberapa tenda, bahkan beberapa
kali sempat “home alone” di sepanjang area danau. Saya sudah pernah melalui
jalur diwaktu terang dan diwaktu gelap. Juga pernah stay dua hari dua malam
bahkan sudah pernah “pulang-pergi” tidak menginap untuk camping. Pernah melalui
jalur diwaktu terik banget hingga hujan lebat yang membuat basah banget atau
sekedar hujan gerimis dan kabut tebal. Lalu pernah datang disaat pendaki lain
mulai pulang dari danau dan juga pernah pulang ketika pendaki lain baru mulai
berdatangan ke danau. Dari hitungan belasan kali dari sana, tentunya semua itu
tidak heran sudah dilalui. Selalu ada ajakan untuk kembali kesana dengan “alasan”
yang berbeda, misalnya dulu baru dua minggu lalu dari sana lalu diajak untuk datang
lagi dan ku iyakan karena “belum pernah rasain PP danau tanralili” dan alasan
itu berakhir dengan pengalaman seru. Dalam setahun kemarin saya juga tidak
menyangka bisa bolak-balik kesana sampai 5 kali dan dihafal sama pemuda disana,
sempat ditegur “loh, bukannya kamu ya yang dua minggu lalu dari sini juga, kali
ini nganter orang lain lagi?” hahaha.
Dari kesemua cerita tersebut
adalah alasan tulisan ini ada. Saya senang menjadi sumber informasi mengenai
danau tanralili, sesuatu yang ku anggap bisa ku pahami dengan baik. Bahkan
entah, mungkin selain warga disana, siapa lagi yang bisa sesering ini
bolak-balik datang? Kalau ada kesempatan, yuk nanjak ke tanralili bareng! Asal
yang terlalu ramai ya haha.
Komentar
Posting Komentar