Mountain Trip ; Camping di Danau Tanralili


Date: 13-15 November 2016
Place: Danau Tanralili
Team: Gio' & Wid



Danau Tanralili merupakan sebuah kawasan wisata alam yg terletak di desa Manimbahoi Kab. Gowa, tepatnya di kaki gunung Bawakaraeng. Danau yang terletak di ketinggian 1454 mdpl ini populer di kalangan pecinta alam karena pemandangannya yg sangat indah. Biasanya kawasan ini ramai di kunjungi ketika weekend. Bagi kalian yg baru ingin mencoba mendaki gunung, Danau Tanralili bisa jadi pilihan tempat "latihan" karena jalurnya yg cukup bersahabat.

It's not my first time mengunjungi danau ini. It's been 2 years ago sejak pertama kali diajak mendaki ke Tanralili dan selama dua tahun ini sudah beberapa kali bolak-balik tapi belum sekalipun kesampaian nulis tentang trip sy kesana, so here we go. Let me try to write something about my mountain trip kali ini.

Berawal dari "bosan dirumah" saya dan kak gii sepakat we have to go somewhere, going to mountain. Why mountain? Krn beberapa minggu lalu kita sudah camping di pulau hehe. Kurang dari 24 jam sejak memutuskan "ayo cuss" kami sudah berada di perjalanan menuju desa Manimbahoi. Berangkat sekitar jam 12 siang (setelah 2 jam bergembel keliling Makassar mencari kebutuhan camping) we leave Makassar dan tiba di desa Manimbahoi sekitar jam setengah 4 sore. Actually perjalanan dari Makasaar ke Manimbahoi butuh 3 jam saja, tambahan 30 menit sisanya adalah karena kami singgah berteduh dari hujan deras di tengah perjalanan.

Berboncengan dari Makasar menuju desa terakhir di jalur pendakian Tanralili, kami berkendara melewati jalan poros menuju kota Malino. Setelah berkilo-kilometer melewati bendungan Bili-bili dan desa-desa lainnya, kami berbelok kanan di Parigi (9 km sebelum kota Malino, you'll see the sign yg menunjukkan kalau itu adalah jalan menuju Danau Tanralili). Begitu berbelok dari jalan poros, jalanan akan menjadi semakin curam dan berkelok-kelok. Ada beberapa pertigaan jalan and all you need to do is ngambil jalan lurus saja, kalau masih takut nyasar bertanyalah dan membacalah krn papan petunjuk jalannya cukup jelas. Kalau dikira-kirain dari jalan poros hingga desa terakhir jaraknya ada 20an km kali ya. Jika sudah dapat jalan berbeton, it's mean we are almost arrive. Ikuti saja jalur jalan berbeton dan kalau sudah mulai melihat tulisan "tempat parkir", yeah finally sampaaai!.

Silahkan memarkir kendaraan dan melakukan registrasi di pos regis yg terletak tepat di depan gerbang masuk jalur pendakian Tanralili. Yap, setiap pendaki yg ingin mengunjungi Tanralili wajib melakukan registrasi data diri dan daftar ransum yg dibawa. Terdapat kontribusi sebesar 5 ribu rupiah per org dan kita akan me dapatkan kantongan plastik untuk menaruh sampah yg dihasilkan selama camping dan sampah itu wajib dibawa kembali ketika pulang dari Tanralili. Lalu siapa pengelola pos regis ini? Mereka adalah Forum Pemuda Lengkese. Sebuah inisiatif yg baik mengingat semakin populer tempat ini maka semakin banyan orang yg ingin mengunjungi dan itu berarti produksi sampah dan intensitas kerusakan akan semakin meningkat pula. Larangan berenang, larangan memasang hammock, larangan membuang sampah hingga larangan berbuat mesum terpampang jelas di spanduk pengumuman di dekat gerbang masuk. Ketatnya peraturan tentu saja juga dipengaruhi oleh tingkah-tingkah pengunjung yg datang. Saya ingat pertama kali diajak mendaki ke Tanralili oleh kak Faad dkk, belum ada post regis dan tempat khusus parkir. Kami masih memarkir kendaraan di ujung jalan desa ini, didepan rumah Tata Rapi' lalu langsung sj melipir menuju jalur tracking, beberapa kali berkunjung masih seperti itu. Hingga setahun kemudian karena kebiasaan langsung melipir menuju jalur, kami pertama kalinya ditahan untuk melakukan regis, disuruh membongkar packingan barang utk mendaftar ransum yg dibawa, waktu itu agak menyebalkan sih, tetapi kemudian sadar kalau it's such a good thing demi kebaikan bersama. Maka, please kalau berkunjung kemanapun itu di alam luas dan indah di luar sana, jagalah kebersihan tempat itu ya.

Tempat parkir dan "Spanduk Centre" di desa Manimbahoi
Okay, kembali ke waktu dimana sy dan kak gii akhirnya sampai di desa Manimbahoi. Dan seperti yg bs kami tebak, belum juga memarkir kendaraan dengan baik dan benar, kami sudah disuguhi pertanyaan,"cuma berdua saja kak?" oleh seseorang yg melihat kami yg baru tiba. Yap, kami tiba Minggu sore dan suasana sekitar pos regis lagi ramai-ramainya oleh rombongan pendaki yg baru tiba dari danau Tanralili. Weekend is over dan mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Menjadi pemandangan yg agak aneh bagi mereka melihat dua org cewek yg baru tiba dan mengatakan ingin menuju Tanralili, yeah that's us hehe.

Kami memarkir kendaraan dan menunggu pos regis agak sepi demi menghindari tatapan heran banyak org. Kebetulan kak gii ketemu temannya di salah satu rombongan itu, jadinya kami duduk dl mengobrol sambil menghilangkan lelah selama perjalanan tadi. Okay, lelah is gone dan kami sudah harus mulai berjalan karena hari semakin sore. Kami melakukan registrasi dan tdk bisa menghindar dari pertanyaan kakak penjaga pos yg juga heran (apa salut jg, entah) melihat kami yg cuma berdua dan berencana menginap dua malam disana. Dipesan agar berhati-hati dan menjaga diri adalah wajar kan, untungnya tdk dilarang untuk nanjak hehe.

Kami mulai berjalan sekitar jam setengah 5 sore. Fyi, kami bukan anggota mapala manapun, kami baru kali ini mau tracking lagi setelah setahun lamanya, kami jarang berolahraga, kami memiliki riwayat cidera kaki, kami adalah wanita, dan ini pertama kalinya sy nanjak dengan mikul carrier, membuat kami sepakat untuk berjalan dengan santai seperti siput hehe. Berjalan beberapa menit lalu beristirahat beberapa belas menit lalu berjalan lagi lalu beristirahat lagi, alhasil kami tiba di danau jam 8 malam hehe, waktu yg cukup lama karena biasanya dari pos regis ke danau bisa ditempuh hanya dengan 1,5-2 jam saja. Diawal berjalan kami masih bertemu dengan beberapa pendaki dari arah berlawanan dan mereka pun jg heran melihat kami yg baru mau nanjak ini, bahkan yg cukup kepo akan bertanya kami stay berapa lama dan akan bertambah heran begitu kami menjawab 2 malam. Ah, saya jg heran kenapa kalian berekspresi seperti itu.

Jalur Tanralili
Hingga hari mulai gelap, kami tdk bertemu siapa-siapa lagi. We enjoy it, we are not that hurry. Bahkan sempat menikmati jalur yg terang karena sinar bulan juga pemandangan indah lampu kota yg terlihat dari ketinggian sana. Kami berjalan dalam sepi beberapa saat sampai akhirnya jauh dibelakang sana ada belasan orang yg sedang berjalan menuju kami. Yeah, we are not that alone. Mereka berjalan dengan cepat, tdk butuh waktu lama sampai akhirnya berhasil menyusul kami yg siput banget jalannya (juga sengaja menunggu agar mereka lewat duluan). Kami berpapasan dan saling menyapa dan mempersilahkan mereka berjalan lebih dulu. As we guess mereka sudah tahu tentang kami, pasti diberitahu di pos regis "ada itu dua orang cewek baru jalan juga tadi sore." ya kurang lebih seperti itu mungkin hehe. Setidaknya untuk malam pertama kami masih punya tetangga camp.

Papan "Selamat Datang", ciyee diselamatin *eh
Begitu sampai di tujuan, sy dan kak gii tdk langsung bongkar packingan, kami duduk-duduk dl menghilangkan lelah. Rombongan yg tadi sudah tiba dan tendanya sudah berdiri dengan rapi. Pas sudah mulai kedinginan kami mulai bergerak, bongkar sana sini pasang sana sini. Begitu semua sudah aman, sy berganti pakaian dan nunggu kak gii memasak. Malam sudah begitu malam sehingga kami hrs menolak ajakan tetangga camp untuk duduk ngopi bareng. Selesai makan, kami masuk tenda dan menonton film (yeah that's what we do haha) dan kemudian tidur dengan suara ribut-ribut tetangga camp yg sepertinya curhat sampai subuh.

Tidur larut dan kemudian sy terbangun di subuh buta karena ribut-ribut rombongan sebelah mau olahraga pagi. Hoams, sy melihat jam dan masih setengah 5 subuh pemirsa, bahkan masih gelap! Dari percakapan yg terdengar, mereka ini semacam mapala dan sedang akan melakukan pengukuhan anggota, yeah something like that lah. Begitu mereka menjauh dari lokasi camp dan sunyi kembali, saya tidur lagi. Kebangun lagi begitu rasanya sudah mulai hangat dan ribut (lagi). Sy keluar tenda dan melihat rombongan mereka sudah kembali dgn memakai slayer baru, ciyeee. Rupanya semalam satu rombongan lagi tiba dan mereka camp di sebelah kanan tenda kami, pantasan berasa rame. Karena sudah mulai gerah sy menyingkir ke sungai dekat air terjun untuk mengademkan diri sekalian nyuci piring, kak gii masih betah tidur di tenda. We spent sunday morning dgn memasak, makan, dengar musik, mengobrol, santai-santai. Semakin siang semakin terik hingga akhirnya mendung dan berkabut. Saya menyempatkan diri berkeliling di sekitar lokasi camp dan menemui sebuah toilet yang nampaknya belum selesai (atau sudah rusak?atau emang segitu aja?) di dekat jalur, agak diatas bukit, terdapat dua ruang yg didalamnya ditumpuki batu gunung, salah satu ruangan ada wc nya, lalu terdapat selang air di depan toilet tersebut, entahlah jika toilet ini disediakan bagi para pendaki, gimana caranya mengalirkan air menuju toilet itu, sy lupa mencari info lebih banyak hehe.

ini loh "toilet"nya
Kembali ke camping ground, rombongan mapala sudah pamit pulang duluan siang harinya, pas lagi mendung-mendungnya, ah mereka pasti kena hujan deras di perjalanan pulang nanti. Dan beneran hujan turun siang itu dan lumayan deras. Hujannya reda begitu menjelang sore, dan rombongan yg satunya lagi akhirnya pamit pulang juga. Jadliah kami home alone. Sendirian di camping ground danau Tanralili. Officially this is our land, ha ha ha *seneng gitu* 
Tenda "Home Alone"
Ini pemandangan pas lagi hujan, brrrrr.
Ini pemandangan pas hujan dan kabutnya sudah reda

Kabut masih ada tipis-tipis dan masih agak mendung (atau mgkn krn sudah sore banget jadi mulai gelap). Karena dunno what to do dan kami sudah kenyang dan menyimpan baterai hp utk stok nonton film sbntr malam, kami ke sungai dan berfoto-foootoooo! Yeay. Bermain air dan bernarsis sedikit lalu kembali ke tenda krn sudah mulai gelap dan prepare buat makan malam. Setelah memasak dan makan malam, kami nonton film lagi deh hehe, really we enjoy this time. Beneran sepi dan sunyi sesunyinya malam di tengah gunung yg bisa kamu bayangkan, all you can hear is suara burung suara pohon yg tergesek angin dan suara alam lainnya. Sempat sedikit terganggu sama kehadiran anjing yg berusaha mencuri sampah kami pft. Oh iya, malam itu katanya lg super moon, sy tdk sempat melihat sih tapi sejak kemarin mmg bulan lagi terang-terangnya, sama kayak waktu camp di pulau kmrn.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My favourite outdoor place (1); Danau Tanralili, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan.

Island Trip ; Pulau Podang-Podang Caddi